Selasa, 22 Juli 2008

Pers di Sekolah

Pers di Sekolah? Penting nggak sih?
Suatu sore Rara mengunjungi rumah Nino, di beranda rumah mereka bercakap-cakap, “ Nino, ada kabar yang beredar di sekolah kalau uang SPP sekolah kita tahun ini akan naik, kamu tahu tidak?” tanya Rara.
“Ah yang benar Ra? Kata Supri uang SPP kita malah akan turun?”
“Loh, kok gitu, yang benar mana?”
mereka pun akhirnya bingung…..
Satu minggu kemudian majalah sekolah terbit, dalam berita utamanya ditulis bahwa sekolah akan menurunkan uang SPP karena sekolah diberi subsidi oleh pemerintah. Ternyata, berita yang dibawa Supri benar.
Nah, itulah salah satu pentingnya pers disekolah. Kita menjadi tahu kebenaran yang ada. Tak hanya kebenaran yang bisa diungkap, tapi media sekolah juga memiliki banyak manfaat seperti :
Media Komunikasi
Manusia tak lepas dari yang namanya komunikasi. Tanpa komunikasi dunia ini pasti terjadi kekacauan, manusia memang difitrahkan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pertukaran informasi antar pihak akan mendorong pengertian antar keduanya. Contohnya saja cerita Rara dan Nino, mereka berdua bertukar informasi. Dan ternyata tidak ada yang benar, lalu media sekolah terbit untuk mengkomunikasikan kebenaran yang ada. Jadi dengan media, kita dapat mengkomunikasikan informasi yang dianggap penting untuk diketahui pihak lain.
Media Kreativitas
Media kreativitas? Ya, dengan adanya media, buah pikiran siswa bisa dituangkan. Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda-beda, ada yang suka berbicara dan berorganisasi, masuklah dia dalam IRM, ketika dia kurang suka berbicara di depan umum dan lebih suka menulis, maka tulisanlah yang bisa memacunya berkreativitas. Jika tulisannya masuk ke dalam media sekolah dan disebarkan ke seluruh siswa, bukan tidak mungkin dia akan bangga sehingga dia akan produktif untuk menulis.
Selain itu, media juga membutuhkan orang untuk mendesain tata letak, gambar-gambar dimedianya, nah, siswa yang suka menggambar bisa meningkatkan kreativitasnya lewat media.

Media Pembudayaan Membaca
Dengan adanya media disekolah, siswa akan terdorong untuk mengetahui informasi-informasi terbaru di sekolah, sehingga dia akan membaca.

Media berlatih berorganisasi
Adanya perencanaan, pengelolaan, sirkulasi membutuhkan personil yang banyak, sehingga siswa dituntut untuk dapat bekerjasama dengan rekannya. Disini siswa dapat berlatih berorganisasi, pengalaman membuat media membuat siswa dapat beraspresiasi dengan jurnalistik sehingga dengan adanya media sekolah, siswa mendapatkan bekal bila mereka ingin berkarir di dunia jurnalistik.

Media pemecahan masalah
Di dalam media sekolah, alangkah lebih baiknya ada rubrik surat pembaca, disana siswa dapat mencurahkan pertanyaannya maupun uneg-unegnya kepada siswa lain maupun gurunya, sehingga masalah pun dapat terselesaikan.

Media itu apa saja sih?
Sebenarnya media itu bemacam-macam, ada bulletin, newsletter, tabloid dan yang lainnya. Media sekolah bisa dibuat dengan berbagai pertimbangan sesuai kebutuhan, tenaga dan biaya. Bila biaya terbatas, maka media sekolah sebaiknya memakai media mading ataupun bulletin.
Selain itu, juga dipikirkan, lebih suka dipajang atau disebarkan, kalau dipajang ya memakai mading.

Newsletter
Newsletter (surat atau edaran berkala) merupakan jenis media cetak yang bisa berukuran folio maupun kuarto dengan jumlah halaman terbatas. Newsletter bisa didesain secara informal maupun formal, karena halamannya cuma sedikit, maka informasi yang dimuat juga seringkas mungkin. Dalam newsletter, yang penting informasi bisa sampai ke pembaca. Newsletter ini mirip pengumuman.

Majalah Dinding alias Mading
Mading berukuran sekitar 90 x 120 atau lebih. Media ini merupakan media komunikasi massa berbentuk tulisan yang sederhana.
Prinsip tulisan : dominan berupa ulasan berita berbentuk kolom atau rubrik.
Ilustrasi : berupa penataan letak dari kolom-kolom atau rubrik, diberi gambar dan warna yang indah, menarik serta komposisi yang serasi.
Penyajian : ditempel atau dipampang pada dinding
Karena mading ditempel pada dinding, maka tidak perlu digandakan, selain itu untuk pemajangan, lebih baik dipilih tempat yang luas, tidak panas dan ditempat yang tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi, sehingga pembaca mudah melihatnya dan merasa nyaman ketika membaca.

Bulletin
Bulletin adalah jenis media cetak yang tak begitu rumit. Berukuran setengah folio yang jumlah halamannya terdiri dari 4 halaman atau lebih. Bulletin biasanya memiliki satu warna atau lebih, tergantung selera dan isinya menyerupai majalah.

Majalah
Majalah berukuran sekitar 17,8 x 27,2 cm, 26,67 x 33,02 cm dan 13,97 x 19,05 cm, seperti format majalah yang telah dikenal pada umumnya. Jumlah halaman majalah lebih banyak, bisa mencapai 30-60 halaman. Majalah biasanya memiliki sampul depan (cover) yang berbeda dengan isi.
Mempersiapkan majalah lebih sulit daripada membuat bulletin, jadi perlu persiapan yang lebih matang dan lebih lama.

Tabloid
Memiliki ukuran 24,8 x 40,6 cm. Tabloid sebenarnya dapat disebut sebagai setengah majalah sekaligus setengah surat kabar. Karena tabloid adalah setengah surat kabar, maka tidak dijilid dan halamannya tidak sebanyak majalah. Tapi karena setengah majalah maka isi dan tampilannya seperti majalah.

Koran
Berukuran sekitar 41 x 58 cm. setiap halamannya umumnya dibagi atas 9 kolom, meskipun ada yang memakai 7 atau 8 kolom. Ukuran huruf tulisan sekitar 8-9 point. Sedangkan ukuran judul bervariasi, mulai dari ukuran 20-60.
Dari segi kualitas cetak, koran tidak semeriah majalah, namun dari segi persiapan, ada sejumlah prinsip desain yang sama-sama diterapkan untuk koran maupun majalah, misalnya bagaimana tulisan itu ditempatkan, pembagian kolom dan lainnya.

6 M
Di dalam membuat media, banyak hal yang harus dipersiapkan mulai dari manusianya sampai alat untuk mencetaknya. Nah, dalam membuat media, agar terbit seperti yang diharapkan,perlu adanya 6 M, yaitu :
1. Man
Manusia sangat berperan disini. Kalau media tidak ada yang membuat, lalu siapa yang membuat? Hantu? Nah, perlu ada beberapa orang yang terlibat di sini. Mulai dari yang menyusun naskah sampai meyebarkannya ketangan pembaca. Nah, itulah fungsi kerjasama. Kerjasama itu bisa terjalin dengan baik jika ada pengorganisasian yang jelas. Pengorganisasian itu alangkah lebih baiknya melibatkan sekolah dan siswa. Pihak sekolah menunjuk adanya pembina dan siswa yang mengorganisir terbitnya media.
Media sekolah lebih baik memakai susunan keorganiosasian sesuai kebutuhan. Jika membuat media berupa mading, susunan redaksinya cukup pimpinan redaksi, redaksi, keuangan dan produksi (menggambar).

2. Money
Uang memang tak penting. Tanpi tanpa uang kita tak bisa apa-apa. Benar kan? Dalam pembuatan media, aspek uang perlu diperhitungkan. Jika dana terbatas, lebih baik membuat mading atau bulletin dahulu. Kerjasama dengan pihak sekolah sangat diperlukan untuk modal pembuatan media.
Masalah biaya perlu dipertimbangkan lebih awal, mengingat media sekolah bukanlah media komersial yang dapat diperjualbelikan. Jadi besar sekali kemungkinan media sekolah diterbitkan dengan biaya dari siswa sekolah sendiri. Bila jumlah biaya penerbitan terlalu besar, tentu membebani orangtua maupun siswa. Lain halnya jika media sekolah ditanggung sekolah atau ada lembaga penyandang dana. Pilihan jenis media juga harus diperhitungkan disini.

3. Material
Dalam media, rubrik-rubrik diperlukan untuk membagi apa saja isi yang dimuat di media, isi diharapakan sesuai kode etik yang ada dan informasi yang dimuat dapat menambah pengetahuan siswa.

4. Machine
Ada tidaknya peralatan yang membantu siswa melaksanakan proses produksi juga berpengaruh terhadap pemilihan jenis media. Jika disekolah hanya tersedia komputer dan itupun dalam jumlah terbatas. Mungkin lebih baik dipilih format mading.

5. Metode
Nah, jika kita membuat media, pastinya diperlukan metode untuk membuatnya. Teknik produksi yang dipilih tidak hanya mempertimbangkan biaya. Kualitas yang diinginkan serta teknik produksi yang dikenali siswa sekolah bisa menjadi pertimbangan.

6. Market
Ketika akan membuat media, sebelumnya kita perlu tahu untuk siapa sih media tersebut? Untuk bapak ibu guru? atau untuk siswa sendiri? Kalau siswa untuk kelas berapa? Apa kelas X, XI,atau XII? Apa malah semuanya? Nah, disini kita perlu membuat spesialisasi agar kita tahu apa yang disukai mereka. Jika kita menulis tentang peternakan ayam, mana mungkin siswa membacanya, mungkin cuma satu dua yang membaca. Kecuali jika di media ditulis tentang pergantian kepala sekolah baru, pasti siswa akan membacanya.
Dengan kita tahu siapa yang akan membaca, gaya bahasa dengan mudah bisa ditentukan. Bila yang membaca adalah bapak atau ibu guru, mana mungkin kita menggunakan bahasa gaul yang membuat bapak ibu guru pusing tujuh keliling untuk mengartikannya. Nah, kalau tulisannya banyak memakai istilah asing seperti plasmolisis, paradigma maupun istilah lainnya, pasti juga membuat pusing jika dibaca siswa SMP.


Yuk, saling bahu-membahu membuat media J
Pembuatan media untuk anak SMP dan SMA memang berbeda dari perusahaan. Siswa sekolah memiliki waktu yang pendek untuk mengelola media, paling lama dua tahun karena keltika kelas tiga lebih fokus pada pelajaran. Apalagi siswa hanya memiliki sedikit waktu untuk mengorganisir penerbitan, karena terbentur oleh jam pelajaran sekolah maupun kegiatan lain. Sehingga untuk struktur organisasinya, lebih baik sesederhana mungkin. Dalam perusahan, berikut ini bagan organisasinya :
Pemimpin Umum
Pemimpin Perusahaan
Pimpinan Redaksi
keuangan
Sirkulasi
produksi
redaksi
Sekertaris redaksi
Coordinator reporter
reporter
Iklan

Job Descripsion :
Pimpinan Umum
Pimpinan umum adalah seseorang yang bertanggungjawab dan bertindak sebagai koordinator umum seluruh kegiatan media.
Pimpinan Perusahaan
Bertanggungjawab dan bertindak sebagai koordinator bidang keuangan. Mengusahakan dana untuk penerbitan media.
Pemimpin Redaksi
o Bertanggungjawab dan bertindak sebagai koordinator dalam bidang keredaksian
o Merencanakan tema dan outline per edisi
o Penentu kebijakan redaksional
o Memimpin rapat redaksi, memberikan penugasan dan pengarahan, kontrol serta evaluasi untuk kelancaran kerja redaksi
Redaksi
o Bertanggungjawab atas rubrik yang diasuhnya, khususnya dalam hal pengadaan tulisan (kiriman maupun tulisan sendiri) dan mengembangkan kualitas rubrik.
o Melakukan editing naskah
o Memenuhi deadline (batas akhir pengumpulan naskah) dan menyerahkan naskah yang siap dimuat kepada sekertaris redaksi.
Sekertaris Redaksi
o Bertanggungjawab atas pengelolaan dan mengusahakan stok naskah,
o Melakukan editing bahasa
o Membantu pimpinan redaksi untuk mengontrol pemenuhan deadline
Reporter
Melakukan liputan dan penulisan laporan
Produksi
Bertanggungjawab atas kualitas tampilan media
Keuangan
Bertanggung jawab atas pengelolaan dana
Sirkulasi
Bertanggungjawab atas koordinasi dan pelaksanaan sirkulasi media
Iklan
Bertanggungjawab atas perolehan iklan media sesuai jatah halaman yang ada.

Model bagan diatas terlalu rumit dan susah diterapkan pada siswa sekolah, oleh karena itu, dibuat bagan sesederhana mungkin, seperti dibawah ini: Pembina
Pimpinan redaksi
Redaksi
Sekertaris redaksi
keuangan
sirkulasi
reporter

Berdasar bagan tersebut, job describsion organisasi di sekolah menyerupai job describsion organisasi di perusahaan penerbitan. Pembina mengarahkan dan membimbing siswa dalam pembuatan media, pimpinan redaksi yang memimpin rapat sekaligus mengatur yang ada di bawahnya.
Dalam mengelola media, perlu adanya manajemen pembuatan media, nah dibawah ini contoh alurnya :
Sirkulasi
Produksi
Pengolahan Bahan
Mengumpulkan bahan
Perencanaan



Personil
Isi
Waktu
sarana
biaya


Layout
Setting
cetak

Penulisan
Editing

Pengamatan
Reportase
Pemotretan






Pembaca




Perencanaan
o personil
Dalam membuat media, perencanaan adalah unsur yang vital, dimulai dari merekrut personil yang akan menjadi pengelola media. Di sekolah yang medianya dibuat oleh ekstrakulikuler akan lebih mudah memilih personil karena sudah ada siswa di dalamnya. Tetapi bila pers itu adalah lembaga, perlu adanya kaderisasi dalam setiap penerbitan. Untuk menentukan siapa yang pantas menjabat sebagai pengurus sebaiknya dipilih yang berminat disana. ketika dia tidak suka menulis tetapi lebih teliti dalam menghitung uang, lebih baik dimaksukkan ke dalam keuangan, begitu pula sebaliknya, jika dia suka menulis, lebih baik dimasukkan ke dalam redaksi.
Selain itu yang menjadi pertimbangan, pemilihan pengurus sebaiknya berasal dari berbagai kelas dan meliputi kelas satu dan dua, untuk kelas tiga yang sudah konsentrasi menghadapi UAN, sebaiknya menjadi pendamping. Hal ini dilakukan agar terjadi kaderisasi di tubuh organisasi dan ketika yang kelas dua naik ke kelas tiga, tidak bingung dalam pembuatan media dan akhirnya kualitas mediapun terjaga.
Keberadaaan ekstrakulikuler maupun lembaga jurnalistik diperlukan disini hal ini, suatu contoh di salah satu SMP di Kota Jogja, pengerjaan majalah sekolah dilakukan oleh pengurus IRM dan beberapa pembina dari sekolah, hal ini karena disana tidak ada ekstrakulikuler jurnalistik maupun lembaga pers, dan akhirnya membuat pengurus IRM itu sendiri kurang bisa membagi waktu dalam pembuatan majalah sehingga pelajarannya terbelengkalai. Oleh sebab itu, keberadaan ekstrakulikuler maupun lembaga pers diperlukan disini.

o Isi
Dalam bagan diatas dapat dilihat garis pembaca terhubung dengan perencanaan, hal ini karena dalam pengelolaan isi harus disesuaikan selera dan minat pembaca. Bila kebanyakan pembaca menyukai musik, maka rubrik tentang musik bisa diadakan di media. Selain itu, dalam pembuatan isi, jangan sampai ada tema yang sama dalam setiap penerbitannya, hal ini untuk mencagah kebosanan pembaca dan isi yang disampaikan up to date.
Selain itu dirancang juga apa temanya dan siapa saja yang menjadi narasumbernya, sehingga mempermudah dalam pelaksanaan.

o Waktu
Kesepakatan dalam pengelolaan waktu sangat diperlukan dalam hal ini, karena setiap siswa harus belajar dan mereka memiliki waktu luang yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dalam perencanaan, perlu ada kesepakatan antar pengurus dalam pertemuannya.
Selain itu pengelolaan waktu terbitnya media media diperlukan. Jadwal mulai dari perencanaan sampai sirkulasi sebaiknya disusun agar penerbitan media terbit sesuai waktu yang diharapkan.

o Biaya
Dalam pembuatan media, aspek biaya sangat diperlukan dalam pembuatannya, hal ini agar tidak membebani pihak sekolah maupun siswa. Jenis media yang dibuatpun disusaikan dengan keuangan yang ada. Tapi apabila siswa memiliki waktu dan ingin menambah keuangan media, sebaiknya dibuat tim perusahaan yang mengurusi periklanan. Namun, hal ini tergantung kebijakan setiap sekolah. Contohnya saja salah satu SMA Muhammadiyah di Kota Jogja telah menerapkan sistem periklanan. Ketika pimpinan redaksi menghadap kepala sekolah untuk mencairkan dana, kepala sekolah memberikan nasehat kepada pimred tersebut.
“Kalian memiliki lembaga pers yang menerbitkan koran dan majalah, setiap siswa sudah diwajibkan untuk membelinya, berarti kalian sudah memiliki modal untuk menerbitkan majalah dan Koran, modal itu silakan untuk gaji dan biaya mencetak majalah, untuk biaya lain silakan cari sponsor dan bila kalian untung, uangnya untuk kalian sendiri,” ujar kepala sekolah.
“loh, tapi pak, kami sekolah dari pagi sampai siang, sorenya praktikum, lalu, bagaimana kami bisa mencari sponsor kalau seperti itu pak?” tanya pimred.
“Tenang saja, kalian pasti bisa, tinggal mengelola waktunya,” kata kepala sekolah dengan tenang.
Karena pembinanya sedang sakit, maka pimred pun menggelar rapat dengan timnya. Banyak usulan disana.
“Bagaimana kalau kita nggak usah ikut pelajaran aja, kan kita bisa cari sponsor sekalian main keluar. Bosen di kelas terus.”
“Atau waktu pulang sekolah, sebelum praktikum kita cari sponsor?” kata salah seorang redaksi.
“Begini saja, penerbitan majalah tinggal satu bulan lagi, toh sekolah juga sudah memberikan dana untuk menerbitkannya, tinggal uang gaji dan lainnya. Kita tak harus keluar waktu jam pelajaran, waktu pulang sekolah masih mencukupi untuk itu,”
“Akhirnya ide terakhir itu diterima, semua anggota penerbitan media mencari sasaran untuk sponsorship, tak pandang dulu dia pimred ataupun sirkulasi (karena belum terbentuk tim iklan) mereka mulai mencari sponsor di universitas-universitas sampai warung makan.
Singkat cerita, mereka mendapatkan keuntungan dari pembuatan media tersebut, para sponsorship begitu berminat untuk mengiklankan instansinya, sehingga keuntungan mencapai satu juta rupiah. Untuk ukuran anak SMA, uang sebegitu banyak sehingga mereka membuat banyak rencana. Mulai dari pembuatan jaket sampai makan-makan, tapi akhirnya mereka mengadakan training Emotional and Spiritual, Question yang biasa disingkat ESQ.

Mengumpulkan Bahan
Setelah direncanakan dan telah disepakati tema, rubrik dan narasumbernya, redaksi segera mencari bahan-bahan tersebut. Biasanya redaksi terkendala masalah berkoordinasi dengan narasumber yang sibuk. Oleh sebab itu sebaiknya jauh-jauh hari narasumber dihubungi untuk janjian, tetapi bila memang tidak bisa, perlu adanya alternatif narasumber lain yang bisa diwawancarai. Untuk tekhnik wawancara, sudah ada di bab sebelumnya.

Pengolahan Bahan
Setelah bahan-bahan sudah ada di tangan reporter, lalu diserahkan kepada redaksi untuk pengelolaan bahasanya. Redaksipun bertanggungjawab oleh rubrik yang diasuhnya. Lalu naskah-naskah itu dikumpulkan oleh sekertaris redaksi untuk penyempurnaan bahasa dan dilihat apakah halaman rubrik yang direncanakan sudah lengkap. Setelah itu,naskah diserahkan ke pimpinan redaksi untuk editing akhirnya. Selain itu, dipersiapkan juga foto, gambar maupun karikatur yang dimasukkan ke media.

Produksi
Dengan selesainya pengolahan bahan, layout dimulai. Layout adalah membuat tata letak yang pas dan menarik untuk dibaca. Desain sampul, desain isi, letak foto, jenis dan ukuran tulisan ditentukan disini. Dalam pembuatan mading, layout bisa dilakukan oleh siswa sendiri. Tetapi bila sudah majalah, perlu penanganan serius dalam layoutnya, bila belum bisa lebih baik diserahkan ke percetakan. Tetapi apabila dari siswa sendiri sudah mampu membuat layout, tidak ada salahnya mencoba kemampuan siswa tersebut.

Sirkulasi
Pengedaran media sekolah lebih mudah daripada media umum, karena ruanglingkupnya terbatas di sekolah tersebut. Tetapi bila media itu juga untuk orang luar seperti sekolah lain, alumni maupun komite sekolah, perlua ada kegiatan tambahan seperti penulisan alamat atau pengadaan perangko. Bila memakai narasumber dan sponsor, sebaiknya pengelola media memberikan ucapan terimakasih dan hasil medianya.

Evaluasi
Setelah proses dari perencanaan sampai sirkulasi selesai, dilakukan evaluasi dalam pelaksanaan program. Apakah sesuai jadwal yang diinginkan, apakah ada masalah dalam sirkulasi dan lainnya dibahas dalam evaluasi. Hal ini agar ada rasa tanggungjawab pada personil dan evaluasi ini bisa dijadikan bahan dalam media edisi selanjutnya.

Referensi :
Pasaribu, Rondang. Bagaimana Mengelola Penerbitan Media Sekolah. Kanisius. Yogyakarta.1995
Marlyati, Lilik. Permata Kewarganegaraan. Cahaya Pustaka. Solo. 2006
Setiawan, Iwan, dkk. Buku Panduan Kuntum 2007-2009. Majalah Remaja Kuntum. Yogyakarta. 2007